Jumat, 23 November 2012

Biografi John Stuart Mill & Francis Bacon


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak ditiru dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak di ulangi.
Masa-masa pencerahan menjadi suatu tenpat lahirnya banyak para pemikir-pemikir yang karya-karyanya mempunyai impact yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini. kalau ditinjau dari cara bagaimana mereka-mereka mendapatkan pengetahuaannya, akan sulit sekali untuk dirunutnya. Namun pada intinya, proses ilmu pengetahuan dari apa yang mereka gagaskan berdasarkan pada suatu tesis, anitesis dan sintesis hingga sampai detik ini, tesis dan anitesis mereka mungkin banyak orang yang dapat mengkritiknya hingga sampai nantinya berakhir pada suatu sintesis. Tidak luput juga bagaimana di zaman tersebut telah terlahir gagasan-gagasan ideologi seperti liberalisme, romantisme, komunisme, sosialisme dan lain-lain. Dengan topik pembahasan beberapa tokoh yang akan di ulas ini, mengantarkan bagaimana pertarungan intelektual terjadi antara beberapa tokoh. John Stuart Mill adalah salah satu tokoh liberalis yang dalam gagasan-gagasannya mencirikan pentingnya sebuah kebebasan individu terhadap individu tersebut. Bagaimana Mill menerangkan dalam pemikirannya tentang suatu kebebasan adalah hak yang layak dimiliki oleh setiap individu, Mill juga membahas tentang pemerintahan, ekonomi, kesetaraan wanita di dalam karya-karyanya yang terkenal.  Dan Francis Bacon adalah tokoh terkemuka dalam filsafat alam dan metodologi ilmiah dalam periode transisi antara Renaissance ke era awal modern. Sebagai seorang ahli hukum, anggota Parlemen dan Penasehat Ratu, Bacon menulis banyak pertanyaan dalam bidang hukum kenegaraan dan agama sebagaimana dalam politik kontemporer, tetapi ia juga mempublikasikan teks-teks yang dispekulasi sebagai konsep-konsep kemasyarakatan yang mungkin terjadi, dan ia merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang etika (buku Essays) meskipun bidangnya adalah filsafat alam (The Advancement of Learning).
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi John Stuart Mill
John Stuart Mill dilahirkan pada Rodney Street di Pentonville daerah London, anak sulung dari Skotlandia filsuf, sejarawan dan imperialis James Mill dan Harriet Burrow. John Stuart dididik oleh ayahnya, dengan saran dan bantuan dari Jeremy Bentham dan Francis Place . Dia diberikan pendidikan yang sangat ketat, dan sengaja terlindung dari asosiasi dengan anak-anak seusianya selain saudaranya.
John Stuart Mill adalah seorang filsuf empiris dari Inggris. Ia juga dikenal sebagai reformator dari utilitarianisme sosial. Ayahnya, James Mill, adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia mempelajari psikologi, yang merupakan inti filsafat Mill, dari ayahnya. Sejak kecil, ia mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pada usia 20 tahun, ia pergi ke Perancis untuk mempelajari bahasa, kimia, dan matematika. Mill lahir pada tahun 1806 dan meninggal dunia pada tahun 1973.
Menurut Mill, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan dasar yang menjadi asas bagi filsafat. Di sini, pandangannya berbeda dengan Comte. Tugas psikologi adalah menyelidiki apa yang disajikan oleh kesadaran, artinya sistem indrawi manusia dan hubungan-hubungannya. Mill berpendapat bahwa satu-satunya sumber bagi segala pengenalan adalah pengalaman. Oleh karena itu, induksi menjadi jalan kepada pengenalan. Di dalam etika, Mill melihat hubungan timbal-balik antara manusia secara pribadi dengan masyarakat atas dasar prinsip utilitarianisme. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan oleh manusia bertujuan membawa kepuasan bagi dirinya sendiri secara psikologis, bukan orang lain atau nilai-nilai.
Di usia tiga tahun, John belajar bahasa Yunani dan kemudaian bahasa Latin di usia enam tahun. Pada saat bersamaan ia mulai mendapatkan pelajaran intensif dalam matematika dan logika. Pada tahun 1823, John menjadi juru tulis di East India Company dan jabatannya meningkat pada posisi terkemuka dalam perusahaan tersebut. Pada tahun 1831 ia diperkenalkan pada Harriet Taylor, istri seorang saudagar makmur. Kisah cinta platonik mill dengan Harriet menjadi legenda. Mereka melakukan percakapan intensif dan Mill memuji Harriet karena telah banyak memberikan inspirasi terhadap karya-karya pemikiran dan tulisannya. Suami Harriet meninggal pada tahun 1849 dan tiga tahun kemudian Harreit dan John pun menikah. Harriet meninggal pada tahun 1858, setelah kematian istrinya, John mulai menulis tentang karya-karyanya dan beberapa waktu berdinas di parlemen antara tahun 1865-1868. Ia meninggal di Avignon pada tahun 1973 di karenakan sakit.
Karya-karyanya yang terkenal adalah On liberlty, diterbitkan pada tahun 1859. Karyanya ini adalah sebuah ajakan penuh emosi bagi toleransi sosial terhadap perbedaan-perbedaan individual dan ekspresi kebebasan. The Subjection Of Women, diseleseikan pada tahun 1861, tiga tahun setelah kematian Harriet, Mill menggambarkan kesulitan kaum wanita di dalam sebuah tatanan sosial pada tulisan karyanya ini. Utilitarianism, diseleseikan pada tahun 1863, Principles of Political Economy pada tahun 1848 dan Considerations on Representative Government pada 1861. 
B.     Pemikiran Tentang Manusia dan Masyrakat 
1.         Utilitarianisme
Pemikiran-pemikiran John Stuart Mill tentang manusia dan masyarakat tertuang dalam gagasanya yang bernama Utilitarianisme. Ia membawakan suatu bentuk doktrin Benthamian yang agak diperlunak. Gagasan tentang Utilitarianisme ini sebenarnya di bawa oleh Jeremy Bentham dan muridnya James Mill yang tidak lain adalah ayahnya J.S.Mill sendiri. Di tangan Bentham, utilitarianisme membawa pengaruhnya yang bisa dibilang mencapai puncaknya. Namun ditangan Mill, utilitrarianisme ini direvisi kembali malah bisa dibilang menyimpang dari kerangka Bentham dan merubahnya secara radikal. Dalam hal ini tampak jelas terutama dalam karyanya yang berjudul Utilitarianisme. Di karyanya tersebut, mill memperkenalkan gagasan yang paling penting yakni perbedaan kualitatif insrinsik pelbagai macam kesenangan. Menurut mill, suatu hal yang penting untuk menilai kesenangan baik atas dasar kualitas dan juga kuantitasnya. Tidak masuk akal menilainya hanya atas dasar kuantitasnya saja. Tetapi apabila orang harus mengakui adanya perbedaan kulitatif intrinsik pada semua kesenangan, maka harus ada suatu patokan untuk itu. Patokan tersebut tidak terdiri dari kesenangan itu sendiri. Bila dilihat dari cara berfikir Mill, ia mengacu pada sebuah aturan pada bagaimana manusia itu seharusnya. Patokan tersebut berada pada kodrat manusia yang berfungsi sebagai patokan untuk menentukan perbedaan kualitatif antara kegiatan-kegiatan yang membawa kesenangan. Namun sayanganya Mill tidak menjelaskan bagaimana maksud kodrat manusia itu secara lengkap.
Sejalan dengan itu, ia juga menekankan gagasan tentang individualitas, yang berarti pengembangan diri pribadi. Dan yang dimaksudkan dengan itu lebih merupakan usaha untuk mengintegrasikan semua daya dalam diri seseorang secara harmonis. Utilitarianisme adalah suatu paham yang diterima sebagai landasan moral-moral, utilitis, atau prinsip kebahagiaan terbesar yang bahwa tindakan-tindakan adalah benara jika sebanding dengan kecendrungan mereka untuk mendorong kebahagiaan, dan adalah salah jika sebanding dengan kecendrungan mereka untuk menghasilkan kebalikan dari kebahagiaan. Kebahagiaan diartikan sebagai kenikmatan dan ketiadaan penderitaan. Ketidakbahagiaan sebagai penderitaandanm ketiadaan kenikmatan. Kenikmatan dan kebebasan dari penderitaan adalah hal yang diharapkan sebagai hasil akhir. Dan hal yang diharapkan itu adalah yang diharapkan baik demi kenikmatan inheren dalam mereka sendiri, ataupun sebagai cara untuk mendorong kenikmatan dan mencegah penderitaan.
2.         Perihal Kebebasan
Seharusnya manusia mempunyai kebebasan dalam melakukan segala sesuatu sejauh yang dilakukannya itu tidak merugikan orang lain. Manusia memiliki hak dalam melakukan apapun namun kebebasan tersebut harus dibatasi apabila individu tersebut telah melebihi jangkauan wilayah kebebasannya. Ada beberapa wilayah yang menjadi kebebasan dari manusia. Pertama, hal ini mencangkup bidang kekuasaan batiniah kesadaran yang menuntut kebebasan suara hati dalam arti yang paling luas, kebebasan berpikir dan merasakan, kebebasan mutlak berpendapat dan cita rasa untuk segala hal yang praktis atu spekulatif, yang ilmiah, moral ataupun teologis. Kebebasan untuk mengungkapkan dan mengumumkan pendapat agaknya termasuk ke dalam suatu prinsip yang lain, karena hal itu merupakan tingkah laku individu yang menyangkut orang lain, tetapi karena hampir sama pentingnya dengan kebebasan berpikir itu sendiri dan untuk sebagian besar berdasarkan alasan-alasan yang sama, maka secara praktis hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua, prinsip itu membutuhkan kebebasan untuk citarasa dan apa yang dicita-citakan, kebebasan untuk menyusun rencana hidup sesuai dengan watak kita sendiri. Kebebasan untuk apa yang kita sukai, menerima akibat-akibat yang akan terjadi tanpa halangan dari sesama, selama apa yang kita lakukan tidak merugikan mereka, meskipun mereka menganggap tingkah laku kita bodoh, jahat atau salah. Ketiga, dari kebebasan setiap individu ini dalam batas-batas yang sama, muncul lah kebebasan untuk bersekutu diantara individu. Kebebasan untuk bersatu demi satu tujuan yang tidak merugikan orang lain. Dari ketiga wilayah kebebasan diatas, pada umumnya tidak ada masyarakat yang menolak terhadap gagasan-gagasan kebebasan tersebut. Satu-satunya kebebasan yang pantas disebut kebebasan adalah kebebasan untuk mengejar kebaikan kita sendiri menurut cara kita sendiri, selama kita tidak berusaha merampas hak orang lain dari kebaikan mereka atau menghalangi usaha mereka untuk mendapatkannya. Dan adanya batasan-batasan dari kebebasan itu harus ditaati.
Menurut mill, orang-orang dewasanya saja yang bisa mendapatkan kebebasan bertindak dan berbicara. Hal ini tidak berlaku terhadap anak-anak. Kebebasan-kebebasan dari anak-anak ini dipertangjawabkan oleh orang tua dari anak-anak tersebut. 
C.    Pemikiran Tentang Pemerintahan dan Fungsinya
Penekanan kepada nilai kebebasan dan prinsip individualitas akan membawa kepada tentang ke bagian yang lebih luas yakni mengenai pemerintahan dan funsinya. J.S.Mill menekankan agar orang menyelidiki bentuk pemerintahan, lembaga-lembaga politik yang paling baik. Lembaga-lembaga itu sangat tergantung pada kehendak manusia yang menciptakannya. Apabila lembaga-lembaga tersebut tidak dapat dipakai lagi, sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka dengan bantuan kehendak manusia, itu entah diubah, entah dikembangkan, entah diganti oleh lembaga lain. Hal ini menuntut bahwa orang perlu memikirkan serta menciptakan suatu bentuk pemerintahan yang secara ideal paling baik. Bentuk pemerintahan ideal seperti itu, yang paling praktis menurut keadaan dan waktu terterntu adalah bentuk pemerintahan yang membawa akibat-akibat paling menguntungkan, paling langsung, dan paling memiliki masa depan. Maka bentuk pemerintahan yang paling baik secara ideal adalah bentuk pemerintahan di mana setiap warga negara mempunyai suara dalam pelaksanaan kekuasaan dan ikut ambil bagian secara nyata. Dan hal seperti itu dapat paling baik diwujudkan dalam bentuk pemrintahan demokrasi. Suatu perundang-undangan dalam pemerintahan demokrasi, mendorong dan memajukan sifat aktif yang penuh inisiatif dan penuh semangat. Memajukan dan mengembangkan sifat yang pasif.
Mill berpendapat bahwa undang-undang yang demokratis lebih menekankan dan mengembangkan pemekaran pribadi setiap orang. Undang-undang tersebut juga memajukan dalam diri setiap individu suatu semangat publik, suatu semangat yang menyibukkan diri dengan kepentingan umum. Demokrasi menuntut lebih memajukan kebebasan pribadi serta perkembangan pribadi pada masing-masing orang dari pada bentuk pemerintahan lainnya. Memang dalam pencita-citaannya adalah demokrasi langsung. Akan tetapi dalam demokrasi langsung hanya sedikit orang-orang yang bisa mengambil bagian dalam urusan-urusan umum. Maka bentuk pemerintahan yang paling ideal adalah demokrasi perwakilan. Namun bukan berarti dalam demokrasi perwakilan, perwakilan mayoritas belum menjamin melakukan penindasan terhadap minoritas. Negara bisa melakukan suatu kontrol perundangan demi menjaga perdamaian serta keamanan bersama. Dan prinspip manfaat boleh dipakai untuk membenarkan adanya sejumlah perundangan dan kontrol negara demi kepentingan umum atau kebahagiaan. Gagasan inilah yang berdampak luas terhadap perkembangan aliran liberalisme di eropa dan amerika. Bagaimana setiap apa yang dilakukan, bisa diwujudkan dengan cara tersendiri namun tidak merugikan hak-hak orang lain. Kebebasan dalam berpendapat pun berasal dari gagasan-gagasan ini. 
D.    Pendidikan
John stuart mill juga menyinggung tentang masalah pendidikan. Menurutnya, masyarakat tidak berhak melakukan pemaksaan sesuatu terhadap orang lain demi kepentingan individu tersebut. Pemaksaan seperlunya hanya berlaku kepada anak-anak, bukan pada orang dewasa. Sebab anak-anak harus dilindungi terhadap kemungkinan bahwa mereka dirugikan oleh orang lain atau bahwa mereka dapat merugikan dirinya sendiri. Negara harus menuntut suatu pendidikan terhadap orang-orang yang dilahirkan sebagai warganya sampai pada standar tertentu. Hal tersebut bukan berarti orang tua sebagai pelaku langsung terhadap anak-anaknya harus memaksakan anak-anaknya untuk bersekolah atau untuk mengikuti suatu jenjang pendidikan apabila orang tua tersebut tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Di sini, negara harus berperan dalam memberikan suatu peranan untuk membantu kondisi tersebut agar anak-anak tidak dirugikan akan hal itu.
E.     Biografi Francis Bacon
Francis Bacon lahir di London tahun 1561, putera seorang pegawai eselon tinggi semasa pemerintahan Ratu Elizabeth. Tatkala menginjak usia dua belas tahun dia belajar di Trinity College di Cambridge, tetapi baru tiga tahun dia keluar dan tidak melanjutkan ke pasca sarjana. Mulai umur enam belas tahun dia bekerja di staf Kedubes Inggris di Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas sang ayah mendadak meninggal dengan hanya mewariskan sedikit uang. Karena itu dia mempelajari hukum dan pada umur dua puluh satu tahun dia sudah menjadi seorang pengacara.
Bacon menjadi sahabat dan penasihat Pangeran Essex, seorang bangsawan muda yang populer dan punya ambisi politik besar masa itu. Sebaliknya, Pangeran Essex merasa Bacon adalah teman yang jujur dan sekaligus bertindak sebagai pelindungnya. Suatu ketika Pangeran Essex punya ambisi yang keterlaluan, yaitu minta Bacon memimpin penyusunan rencana sebuah kudeta menggulingkan Ratu Elizabeth. Tetapi Bacon menasihatinya agar Pangeran Essex tetap setia kepada Ratu. Nasehat Bacon tidak diterima Pangeran Essex. Dia nekad meneruskan niat percobaan kudetanya. Ternyata kudeta tersebut gagal dan Bacon memegang peranan aktif dalam proses penuntutan sang Pangeran atas tuduhan pengkhianatan. Pangeran Essex dipancung kepalanya menggelinding bagai kelereng. Keseluruhan peristiwa itu menimbulkan kesan buruk pada publik terhadap diri Bacon.
Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon menjadi penasihat raja pengganti (Raja James I). Raja James I tak selalu mengindahkan nasihat Bacon, meskipun dia menghormatinya. Dalam masa pemerintahan James I, karir Bacon di kalangan pemerintahan maju pesat. Tahun 1607 dia menjadi konsultan umum bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi jaksa agung. Karirnya tidak selesai di tangga tersebut tahun 1618 dia ditunjuk sebagai Ketua Majelis Tinggi, suatu kedudukan yang setingkat dengan hakim agung pada Mahkamah Agung di Amerika Serikat. Di tahun itu juga dia memperoleh gelar “baron” dan tahun 1621 dinobatkan lagi jadi “viscount”, satu gelar kebangsawanan di atas “baron” tetapi di bawah “earl.”
Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon pernah menerima hadiah dari tertuduh. Meskipun hal semacam ini agak umum terjadi saat itu, akan tetapi hal tersebut tetap merupakan perbuatan terlarang. Lawan-lawan politiknya di parlemen tidak menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut untuk mendepaknya dari kursi Hakim Agung. Bacon mengaku dan dijebloskan di penjara yang terletak di “Tower of London,”menara kota London. Bukan hanya itu, dia pun mesti membayar sejumlah denda yang besar jumlahnya dan dilarang bekerja di kantor pemerintahan untuk selama-lamanya. Raja segera membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan pula beban dendanya. Tetapi, dengan kejadian tersebut tamatlah riwayat politik Bacon.
Komentar Bacon dalam pengakuannya berbeda. Dia mengatakan, “Saya adalah hakim terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan saya tukang ngomel dan tukang kritik terpolos di Parlemen Inggris selama 20 tahun.” Karier politik yang menuntut seseorang begitu aktif dan kreatif menyebabkan Bacon cuma punya sedikit waktu tersisa buat pekerjaan-pekerjaan lain. Kendati demikian, kemasyhuran Bacon begitu tahan lama. Namanya ditempatkan dalam daftar orang-orang tekenal, adalah karena pertimbangan tulisan-tulisan filosofisnya ketimbang keaktifan politiknya.
F.     Pokok-Pokok Pikiran Filsafat Francis Bacon
Karya pertamanya adalah buku yang berjudul Essays, muncul tahun 1597 dan sedikit demi sedikit diterbitkan lebih luas. Essays ini ditulis dengan padat dan gaya luar biasa bagus, mengandung kekayaan mendalam, bukan saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut hal ihwal pribadi. Beberapa contoh yang khas misalnya pandangannya tentang manusia usia muda dan usia lanjut.
Baginya, orang muda lebih cocok mencipta ketimbang mengambil keputusan, lebih cocok bertindak daripada memberi pertimbangan, lebih cocok untuk menggarap proyek baru daripada berbisnis yang sudah mapan. Orang berumur terlalu sering menolak, berunding terlalu lama, dan berbuat terlalu sedikit. Tentu bagus jika bisa menggabungkan kedua pekerjaan itu, karena nilai yang terkandung pada masing-masing usia bisa melempangkan kekurangan yang melekat pada tubuh keduanya.
Selain tentang orang muda dan orang lanjut usia, Essays juga mengulas tentang mereka yang punya istri dan anak-anak yang punya risiko tidak mengenakkan di masa depan, serta tentang perkawinan dan hidup membujang. (Bacon sendiri kawin, tetapi tidak memiliki anak).
Tulisan Bacon terpenting adalah yang menyangkut falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja besar Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian. Bagian pertama dimaksud untuk meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga berisikan kumpulan data empiris. Bagian keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya dalam praktek. Bagian kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu sintesa ilmu pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Tidaklah mengherankan, skema raksasa tersebut menjadi suatu pekerjaan paling ambisius yang sejak jaman Aristoteles tak pernah terselesaikan. Tetapi, buku The Advancement of Learning (1605) dan Novum Organum (1620) dapat dianggap sebagai penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya.
Novum Organum atau New Instrument adalah buku Bacon yang terpenting. Buku ini pada dasarnya merupakan pernyataan pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang penyelidikan. Praktek ilmiah yang saat itu bertumpu sepenuhnya pada logika deduktif Aristoteles dipandang tidak ada gunanya, merosot, dan absurd. Karena itu diperlukan metode baru penelaahan, yaitu suatu metode induktif. Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan darinya; tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan.
Salah satu gagasan yang termasyur dari Francis Bacon dalam Novum Organuma dalah konsep Idola. Konsep ini dikemudian hari dianggap sebagai cikal bakal konsep “ideologi” dalam ilmu-ilmu humaniora. Yang dimaksud dengan “idola” adalah rintangan-rintangan bagi kemajuan manusia sebagaimana tampak dalam kemandegan perkembangan masyarakat dan perilaku bodoh para individunya. Idola adalah unsur-unsur tradisi yang dipuja-puja seperti berhala. Idola ini merasuki pemikiran manusia sehingga menghambat manusia berpikir kritis dan maju karena terkekang pada idola/ mitos. Manusia tidak bisa berpikir tentang perubahan.
Menurut Bacon terdapat empat macam idola. Pertama adalah Idols of the Tribe (Bangsa), adalah semacam prasangka-prasangka yang dihasilkan oleh pesona atas keajekan-keajekan tatanan alamiah, sehingga orang tak sanggup memandang alam secara objektif. Perkecualian-perkecualian dianggap ajaib, mukjizat atau disingkirkan, tidak dipelajari. Idola macam ini menawan pikiran banyak orang banyak (tribus), menjadi semacam prasangka kolektif. Kedua, Prasangka Individual atau Idols of the Cave. Yang dimaksudkan di sini adalah pengalaman-pengalaman dan minat-minat pribadi kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia objektif dikaburkan. Ketiga, Idola Fora (Forum/Pasar) atau Idols of the Marketplace adalah idola yang paling berbahaya. Yang diacu di sini adalah pendapat atau kata-kata orang yang diterima begitu saja sehingga mengarahkan keyakinan-keyakinan dan penilaian-penilaian kita yang tak teruji. Keempat, Idola Theatra (panggung) atau idols of the theatre. Dengan konsep ini, Bacon memperlihatkan sistem-sistem filsafat tradisional adalah kenyataan subjektif para filsufnya. Sistem-sistem ini dipentaskan, lalu tamat, seperti sebuah teater.
Relevansinya bahwa dari Idola ini, kita menyaksikan bagaimana Bacon mau membersihkan pengetahuan kita dari macam-macam prasangka yang menghambat kemajuan. Usaha semacam ini jelas sejalan dengan cita-cita Renaisance, yakni tak lain dari objektivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan tentang objek di luar diri pengamat itu dapat dicapai semaksimal mungkin. Idola bagaikan debu yang mengotori mata untuk melihat objek pada dirinya, maka harus dibersihkan. Organon baru itu dia anggap ampuh untuk membersihkan peralatan observasi kita.
G.    Aplikasi Filsafat Francis Bacon
Francis Bacon bukanlah orang pertama yang menemukan arti kegunaan penarikan kesimpulan secara induktif, dan juga bukan orang pertama yang memahami keuntungan-keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari itu, sebagian karena Bacon adalah seorang penulis yang begitu bagus, dan sebagian karena kemashurannya selaku politikus terkemuka, sikap Bacon terhadap ilmu pengetahuan betul-betul punya makna penting yang besar. Tatkala “Royal Society of London” (kelompok elit orang pilihan Kerajaan Inggris) didirikan tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon sebagai sumber inspirasinya. Dan ketika Encyclopedie yang besar itu ditulis jaman “Pembaharuan Perancis,” para penyumbang tulisan utama seperti Diderot dan d’Alembert, juga menyampaikan pujiannya kepada Bacon yang memberikan inspirasi terhadap kerjanya.
Jika pada jaman ini buku Novum Organum dan The New Atlantis agak kurang dibaca orang, hal ini disebabkan karena pesan-pesan yang disampaikan oleh buku tersebut sudah begitu luas diterima orang. Bacon layak dibandingkan setara dengan filosof Perancis Rene Descartes, tokoh pendorong lain bagi masa depan ilmu pengetahuan mendatang. Bacon hidup lebih dulu segenerasi dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam hal mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-percobaan. Tetapi, arti penting orang Perancis ini dalam hal penemuan matematika membuat ia sedikit lebih tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon.
 Metoda ilmiah yang dipakai saat ini merupakan turunan lanjut dari metoda-metoda yang pernah direncanakan Bacon seperti :
ü  A new division of the sciences, Pembagian ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan baru
ü  A new method of scientific inquiry, metoda baru inkuiri ilmiah
ü  A collection of scientific observations and facts, sebuah koleksi observasi-observasi dan fakta-rakta ilmiah
ü  Examples of the new method, contoh-contoh atas metoda baru
ü  Philosophical precursors to the new philosophy, and – perintis-perintis filsafat kearah filsafat baru dan
ü  The new philosophy itself resulting from the application of the new method, filsafat baru yang dihasilkan dari aplikasi metoda baru

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Bisa dilihat dengan jelas bagaimana penjelasan dari beberapa gagasan pemikiran dari John Stuart Mill mengacu terhadap perluasan kepribadian individu. Dalam gagasan utilitarianismenya, Mill mencoba menyimpulkan atau mensitesiskan gagasan Utilirianisme dari Jeremy Bentham. Perbedaan dari kedua tokoh tersebut salah satunya terletak pada kuantitas dan kualitas. Bentham hanya menjelaskan tentang kuantitas adalah patokan dari utilitarianismenya, sedangkan mill merujuk kepada kualitas dan kuantitas adalah sama-sama penting dalam utilitarianisme. Karena beberapa jenis kesenangan lebih bernilai dan diinginkan dari kesenangan lainnya. Utilitarianismenya salah satunya tentang perbedaan antara berbagai macam kesenagan lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif Mill mencoba memberikan sebuah pemikiran tentang kebebasan yang harus dimiliki semua orang dalam menentukan perkembangan pribadinya. Namun dalam prosesnya, hal tersebut tidak boleh sampai mengganggu hak-hak orang lain.
Peranan Bacon di dalam perkembangan ilmu dan filsafat ilmu umumnya digolongkan ke dalam empat kelompok :
1.      Sebagai ahli filsafat ilmu; di sini ia menganjurkan suatu metode baru untuk meneliti alam.
2.      Usahanya untuk mengklasifikasikan ilmu dan pengetahuan manusia secara umum.
3.      Kesadaran yang ditimbulkannya bahwa penerapan praktis dari “ilmu yang baru” akan memperbaiki kualitas kehidupan dan kontrol manusia atas alam.
4.      Bayangannya mengenai suatu masyarakat ilmiah yang terorganisir. Dalam hal ini ditekankan pentingnya pembentukan lembaga-lembaga dan perhimpunan-perhimpunan ilmiah.
Sebagai juru bicara metode induktif, yang menekankan eksperimen dan observasi ekstensif sebagai landasan pengembangan ilmu, Francis Bacon juga menjadi juru bicara untuk ilmu yang baru. J. Bernard Cohen menanamkan ide-ide Bacon: Herald of the New Science.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar