1. Al-Faatihah [1]: 4
Å7Î=»tB ÏQöqt ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ
4.
yang menguasai[4] di hari Pembalasan[5].
[4] Maalik
(yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca
dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5] Yaumiddin
(hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima
pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga
yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
004. (Yang menguasai
hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara
khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali
hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan,
"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang
membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di
hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal,
perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz
dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki
yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).
2.
Al-hijr [15]: 35
¨bÎ)ur øn=tã spoY÷è¯=9$# 4n<Î) ÏQöqt ÈûïÏe$!$# ÇÌÎÈ
35.
dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".
035. (Dan
sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat) sampai hari
pembalasan.
3. Az-Zumar [39]: 2
!$¯RÎ) !$uZø9tRr& øs9Î) |=»tFÅ6ø9$# Èd,ysø9$$Î/ Ïç7ôã$$sù ©!$# $TÁÎ=øèC çm©9 úïÏe$!$# ÇËÈ
2.
sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
002.
(Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu) hai Muhammad (Kitab Alquran dengan
membawa kebenaran) lafal Bilhaqqi berta'alluq kepada lafal Anzalnaa. (Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya) yakni dari kemusyrikan,
maksudnya mentauhidkan-Nya.
4. Az-Zumar [39]: 11
ö@è% þÎoTÎ) ßNöÏBé& ÷br& yç7ôãr& ©!$# $TÁÎ=øèC çm©9 tûïÏe$!$# ÇÊÊÈ
11.
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
011.
(Katakanlah sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya) dari perbuatan syirik.
5. Al-Mu’min [40]: 14
(#qãã÷$$sù ©!$# úüÅÁÎ=÷ãB çms9 tûïÏe$!$# öqs9ur onÌx. tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÊÍÈ
14.
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang
kafir tidak menyukai(nya).
014. (Maka
serulah Allah) sembahlah Dia (dengan memurnikan ibadah kepada-Nya) artinya,
memurnikan agama dari kemusyrikan (meskipun orang-orang kafir tidak
menyukainya) sekalipun mereka tidak menyukai keikhlasan kalian kepada-Nya.
6. Al-Mu’min [40]: 65
uqèd ysø9$# Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd çnqãã÷$$sù tûüÅÁÎ=øèC ã&s! úïÏe$!$# 3 ßôJptø:$# ¬! Éb>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇÏÎÈ
65.
Dialah yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam.
065. (Dialah
Yang hidup kekal tiada Tuhan melainkan Dia, maka serulah Dia) sembahlah Dia
(dengan memurnikan ibadah kepada-Nya) dari kemusyrikan. (Segala puji bagi Allah
Rabb semesta alam.)
7. Al-Ahzab [33]: 5
öNèdqãã÷$# öNÎgͬ!$t/Ky uqèd äÝ|¡ø%r& yZÏã «!$# 4 bÎ*sù öN©9 (#þqßJn=÷ès? öNèduä!$t/#uä öNà6çRºuq÷zÎ*sù Îû ÈûïÏe$!$# öNä3Ï9ºuqtBur 4 }§øs9ur öNà6øn=tæ Óy$uZã_ !$yJÏù Oè?ù'sÜ÷zr& ¾ÏmÎ/ `Å3»s9ur $¨B ôNy£Jyès? öNä3ç/qè=è% 4 tb%2ur ª!$# #Yqàÿxî $¸JÏm§ ÇÎÈ
5.
Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak
mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui
bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama
dan maula-maulamu[1199]. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu
khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[1199] Maula-maula ialah seorang hamba sahaya
yang sudah dimerdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti
Salim anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah.
005. Tetapi
(panggillah mereka dengan memakai nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih
pertengahan) lebih adil (pada sisi Allah, dan jika kalian tidak mengetahui
bapak-bapak mereka, maka saudara-saudara kalian seagama dan maula-maula kalian)
yaitu anak-anak paman kalian. (Dan tidak ada dosa atas kalian terhadap apa yang
kalian khilaf padanya) dalam hal tersebut (tetapi) yang berdosa itu ialah (apa
yang disengaja oleh hati kalian) sesudah adanya larangan. (Dan adalah Allah
Maha Pengampun) atas apa yang terlanjur kalian katakan sebelum adanya larangan
(lagi Maha Penyayang) kepada kalian.
8. At-taubah [9]: 122
* $tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
122.
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
122. Tatkala
kaum Mukminin dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang kemudian Nabi
saw. mengirimkan sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua
tanpa ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini:
(Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi) ke medan perang
(semuanya. Mengapa tidak) (pergi dari tiap-tiap golongan) suatu kabilah (di
antara mereka beberapa orang) beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap
tinggal di tempat (untuk memperdalam pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di
tempat (mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya (supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya) dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas
r.a. memberikan penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk
sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyah lantaran Nabi
saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya yang juga melarang seseorang tetap
tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan perang, maka hal ini
pengertiannya tertuju kepada bila Nabi saw. berangkat ke suatu ghazwah.
Dari semua
pemaparan tentang ayat-ayat diatas bahwa ada 4 perbedaan makna dalam al-qur’an
tentang kata الدين. yang pertama kata الدين
bermakna hari pembalasan (hari kiamat). Kadang disebut juga yaumulqiyaamah,
yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya. Kata الدين disebutkan secara khusu. Karena, di hari itu
tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata.
Yang kedua, kata الدين bermakna taat. Yaitu ketaan kepada Allah SWT.
dengan sebenar-benarnya. Yakni dari kemusyrikan, (mentauhidkan-Nya).
Kemudian makna kata الدين yang ketiga adalah bermakna kemurnian dalam
menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Artinya, memurnikan agama dari kemusyrikan
(meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya) sekalipun mereka tidak menyukai
keikhlasan kalian kepada-Nya. Dan makna kata الدين yang ke empat ialah bermakna agama itu sendiri.
Dimana kita sebagai seorang muslim harus membela agama islam dengan sepenuh
hati, jiwa dan raga yang dimiliki.
Dari semua pemaparan di atas yang
sudah dijelaskan dengan panjang lebar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang
ke empat makna tersebut saling keterkaitan antara satu sama lainnya. Yaitu
agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. Adalah agama islam yang harus dijaga
dan ditaati oleh seluruh umat Nabi saw.
Agar tidak salah jalan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan juga agama
islam harus dimurnikan dari sifat-sifat syirik yang akan membawa kita kepada
kemusyrikan sehingga akan mendapat balasan yang sstimpal kelak dihari
pembalasan (kiamat).