BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan
paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan
mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan. Memahami tradisi pemikiran
Barat sebagaimana tercermin dalam pandangan filsafatnya merupakan kearifan
tersendiri, karena kita akan dapat melacak segi-segi positifnya yang layak ditiru
dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak di ulangi.
Masa-masa pencerahan menjadi suatu tenpat
lahirnya banyak para pemikir-pemikir yang karya-karyanya mempunyai impact yang
besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini. kalau ditinjau dari
cara bagaimana mereka-mereka mendapatkan pengetahuaannya, akan sulit sekali
untuk dirunutnya. Namun pada intinya, proses ilmu pengetahuan dari apa yang
mereka gagaskan berdasarkan pada suatu tesis, anitesis dan sintesis hingga
sampai detik ini, tesis dan anitesis mereka mungkin banyak orang yang dapat
mengkritiknya hingga sampai nantinya berakhir pada suatu sintesis. Tidak luput
juga bagaimana di zaman tersebut telah terlahir gagasan-gagasan ideologi
seperti liberalisme, romantisme, komunisme, sosialisme dan lain-lain. Dengan
topik pembahasan beberapa tokoh yang akan di ulas ini, mengantarkan bagaimana
pertarungan intelektual terjadi antara beberapa tokoh. John Stuart Mill adalah
salah satu tokoh liberalis yang dalam gagasan-gagasannya mencirikan pentingnya
sebuah kebebasan individu terhadap individu tersebut. Bagaimana Mill
menerangkan dalam pemikirannya tentang suatu kebebasan adalah hak yang layak
dimiliki oleh setiap individu, Mill juga membahas tentang pemerintahan,
ekonomi, kesetaraan wanita di dalam karya-karyanya yang terkenal. Dan Francis Bacon adalah tokoh terkemuka
dalam filsafat alam dan metodologi ilmiah dalam periode transisi antara
Renaissance ke era awal modern. Sebagai seorang ahli hukum, anggota Parlemen
dan Penasehat Ratu, Bacon menulis banyak pertanyaan dalam bidang hukum
kenegaraan dan agama sebagaimana dalam politik kontemporer, tetapi ia juga
mempublikasikan teks-teks yang dispekulasi sebagai konsep-konsep kemasyarakatan
yang mungkin terjadi, dan ia merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang etika
(buku Essays) meskipun bidangnya adalah filsafat alam (The Advancement of
Learning).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi John
Stuart Mill
John Stuart Mill dilahirkan pada Rodney Street
di Pentonville daerah London, anak sulung dari Skotlandia filsuf, sejarawan dan
imperialis James Mill dan Harriet Burrow. John Stuart dididik oleh ayahnya,
dengan saran dan bantuan dari Jeremy Bentham dan Francis Place . Dia diberikan
pendidikan yang sangat ketat, dan sengaja terlindung dari asosiasi dengan
anak-anak seusianya selain saudaranya.
John Stuart Mill adalah seorang filsuf empiris
dari Inggris. Ia juga dikenal sebagai reformator dari utilitarianisme sosial.
Ayahnya, James Mill, adalah seorang sejarawan dan akademisi. Ia mempelajari
psikologi, yang merupakan inti filsafat Mill, dari ayahnya. Sejak kecil, ia
mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pada usia 20 tahun, ia pergi ke Perancis
untuk mempelajari bahasa, kimia, dan matematika. Mill lahir pada tahun 1806 dan
meninggal dunia pada tahun 1973.
Menurut Mill, psikologi adalah suatu ilmu
pengetahuan dasar yang menjadi asas bagi filsafat. Di sini, pandangannya
berbeda dengan Comte. Tugas psikologi adalah menyelidiki apa yang disajikan
oleh kesadaran, artinya sistem indrawi manusia dan hubungan-hubungannya. Mill
berpendapat bahwa satu-satunya sumber bagi segala pengenalan adalah pengalaman.
Oleh karena itu, induksi menjadi jalan kepada pengenalan. Di dalam etika, Mill
melihat hubungan timbal-balik antara manusia secara pribadi dengan masyarakat
atas dasar prinsip utilitarianisme. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan
oleh manusia bertujuan membawa kepuasan bagi dirinya sendiri secara psikologis,
bukan orang lain atau nilai-nilai.
Di usia tiga tahun, John belajar bahasa Yunani
dan kemudaian bahasa Latin di usia enam tahun. Pada saat bersamaan ia mulai
mendapatkan pelajaran intensif dalam matematika dan logika. Pada tahun 1823,
John menjadi juru tulis di East India Company dan jabatannya meningkat pada
posisi terkemuka dalam perusahaan tersebut. Pada tahun 1831 ia diperkenalkan
pada Harriet Taylor, istri seorang saudagar makmur. Kisah cinta platonik mill
dengan Harriet menjadi legenda. Mereka melakukan percakapan intensif dan Mill
memuji Harriet karena telah banyak memberikan inspirasi terhadap karya-karya
pemikiran dan tulisannya. Suami Harriet meninggal pada tahun 1849 dan tiga
tahun kemudian Harreit dan John pun menikah. Harriet meninggal pada tahun 1858,
setelah kematian istrinya, John mulai menulis tentang karya-karyanya dan
beberapa waktu berdinas di parlemen antara tahun 1865-1868. Ia meninggal di
Avignon pada tahun 1973 di karenakan sakit.
Karya-karyanya yang terkenal adalah On
liberlty, diterbitkan pada tahun 1859. Karyanya ini adalah sebuah ajakan
penuh emosi bagi toleransi sosial terhadap perbedaan-perbedaan individual dan
ekspresi kebebasan. The Subjection Of Women, diseleseikan pada tahun
1861, tiga tahun setelah kematian Harriet, Mill menggambarkan kesulitan kaum
wanita di dalam sebuah tatanan sosial pada tulisan karyanya ini. Utilitarianism,
diseleseikan pada tahun 1863, Principles of Political Economy pada tahun
1848 dan Considerations on Representative Government pada 1861.
B.
Pemikiran
Tentang Manusia dan Masyrakat
1.
Utilitarianisme
Pemikiran-pemikiran John Stuart Mill tentang
manusia dan masyarakat tertuang dalam gagasanya yang bernama Utilitarianisme.
Ia membawakan suatu bentuk doktrin Benthamian yang agak diperlunak. Gagasan
tentang Utilitarianisme ini sebenarnya di bawa oleh Jeremy Bentham dan muridnya
James Mill yang tidak lain adalah ayahnya J.S.Mill sendiri. Di tangan Bentham,
utilitarianisme membawa pengaruhnya yang bisa dibilang mencapai puncaknya.
Namun ditangan Mill, utilitrarianisme ini direvisi kembali malah bisa dibilang
menyimpang dari kerangka Bentham dan merubahnya secara radikal. Dalam hal ini
tampak jelas terutama dalam karyanya yang berjudul Utilitarianisme. Di karyanya
tersebut, mill memperkenalkan gagasan yang paling penting yakni perbedaan
kualitatif insrinsik pelbagai macam kesenangan. Menurut mill, suatu hal yang
penting untuk menilai kesenangan baik atas dasar kualitas dan juga
kuantitasnya. Tidak masuk akal menilainya hanya atas dasar kuantitasnya saja.
Tetapi apabila orang harus mengakui adanya perbedaan kulitatif intrinsik pada
semua kesenangan, maka harus ada suatu patokan untuk itu. Patokan tersebut
tidak terdiri dari kesenangan itu sendiri. Bila dilihat dari cara berfikir
Mill, ia mengacu pada sebuah aturan pada bagaimana manusia itu seharusnya.
Patokan tersebut berada pada kodrat manusia yang berfungsi sebagai patokan
untuk menentukan perbedaan kualitatif antara kegiatan-kegiatan yang membawa
kesenangan. Namun sayanganya Mill tidak menjelaskan bagaimana maksud kodrat
manusia itu secara lengkap.
Sejalan dengan itu, ia juga menekankan gagasan
tentang individualitas, yang berarti pengembangan diri pribadi. Dan yang
dimaksudkan dengan itu lebih merupakan usaha untuk mengintegrasikan semua daya
dalam diri seseorang secara harmonis. Utilitarianisme adalah suatu paham yang
diterima sebagai landasan moral-moral, utilitis, atau prinsip kebahagiaan
terbesar yang bahwa tindakan-tindakan adalah benara jika sebanding dengan
kecendrungan mereka untuk mendorong kebahagiaan, dan adalah salah jika
sebanding dengan kecendrungan mereka untuk menghasilkan kebalikan dari
kebahagiaan. Kebahagiaan diartikan sebagai kenikmatan dan ketiadaan
penderitaan. Ketidakbahagiaan sebagai penderitaandanm ketiadaan kenikmatan.
Kenikmatan dan kebebasan dari penderitaan adalah hal yang diharapkan sebagai
hasil akhir. Dan hal yang diharapkan itu adalah yang diharapkan baik demi
kenikmatan inheren dalam mereka sendiri, ataupun sebagai cara untuk mendorong
kenikmatan dan mencegah penderitaan.
2.
Perihal Kebebasan
Seharusnya manusia mempunyai kebebasan dalam
melakukan segala sesuatu sejauh yang dilakukannya itu tidak merugikan orang
lain. Manusia memiliki hak dalam melakukan apapun namun kebebasan tersebut
harus dibatasi apabila individu tersebut telah melebihi jangkauan wilayah
kebebasannya. Ada beberapa wilayah yang menjadi kebebasan dari manusia.
Pertama, hal ini mencangkup bidang kekuasaan batiniah kesadaran yang menuntut
kebebasan suara hati dalam arti yang paling luas, kebebasan berpikir dan
merasakan, kebebasan mutlak berpendapat dan cita rasa untuk segala hal yang
praktis atu spekulatif, yang ilmiah, moral ataupun teologis. Kebebasan untuk
mengungkapkan dan mengumumkan pendapat agaknya termasuk ke dalam suatu prinsip
yang lain, karena hal itu merupakan tingkah laku individu yang menyangkut orang
lain, tetapi karena hampir sama pentingnya dengan kebebasan berpikir itu
sendiri dan untuk sebagian besar berdasarkan alasan-alasan yang sama, maka
secara praktis hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Kedua, prinsip itu
membutuhkan kebebasan untuk citarasa dan apa yang dicita-citakan, kebebasan
untuk menyusun rencana hidup sesuai dengan watak kita sendiri. Kebebasan untuk
apa yang kita sukai, menerima akibat-akibat yang akan terjadi tanpa halangan
dari sesama, selama apa yang kita lakukan tidak merugikan mereka, meskipun
mereka menganggap tingkah laku kita bodoh, jahat atau salah. Ketiga, dari
kebebasan setiap individu ini dalam batas-batas yang sama, muncul lah kebebasan
untuk bersekutu diantara individu. Kebebasan untuk bersatu demi satu tujuan
yang tidak merugikan orang lain. Dari ketiga wilayah kebebasan diatas, pada
umumnya tidak ada masyarakat yang menolak terhadap gagasan-gagasan kebebasan
tersebut. Satu-satunya kebebasan yang pantas disebut kebebasan adalah kebebasan
untuk mengejar kebaikan kita sendiri menurut cara kita sendiri, selama kita
tidak berusaha merampas hak orang lain dari kebaikan mereka atau menghalangi
usaha mereka untuk mendapatkannya. Dan adanya batasan-batasan dari kebebasan
itu harus ditaati.
Menurut mill, orang-orang dewasanya saja yang
bisa mendapatkan kebebasan bertindak dan berbicara. Hal ini tidak berlaku
terhadap anak-anak. Kebebasan-kebebasan dari anak-anak ini dipertangjawabkan
oleh orang tua dari anak-anak tersebut.
C.
Pemikiran
Tentang Pemerintahan dan Fungsinya
Penekanan kepada nilai kebebasan dan prinsip
individualitas akan membawa kepada tentang ke bagian yang lebih luas yakni
mengenai pemerintahan dan funsinya. J.S.Mill menekankan agar orang menyelidiki
bentuk pemerintahan, lembaga-lembaga politik yang paling baik. Lembaga-lembaga
itu sangat tergantung pada kehendak manusia yang menciptakannya. Apabila
lembaga-lembaga tersebut tidak dapat dipakai lagi, sudah tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka dengan bantuan kehendak manusia, itu entah diubah,
entah dikembangkan, entah diganti oleh lembaga lain. Hal ini menuntut bahwa
orang perlu memikirkan serta menciptakan suatu bentuk pemerintahan yang secara
ideal paling baik. Bentuk pemerintahan ideal seperti itu, yang paling praktis
menurut keadaan dan waktu terterntu adalah bentuk pemerintahan yang membawa
akibat-akibat paling menguntungkan, paling langsung, dan paling memiliki masa
depan. Maka bentuk pemerintahan yang paling baik secara ideal adalah bentuk
pemerintahan di mana setiap warga negara mempunyai suara dalam pelaksanaan
kekuasaan dan ikut ambil bagian secara nyata. Dan hal seperti itu dapat paling
baik diwujudkan dalam bentuk pemrintahan demokrasi. Suatu perundang-undangan
dalam pemerintahan demokrasi, mendorong dan memajukan sifat aktif yang penuh
inisiatif dan penuh semangat. Memajukan dan mengembangkan sifat yang pasif.
Mill berpendapat bahwa undang-undang yang
demokratis lebih menekankan dan mengembangkan pemekaran pribadi setiap orang.
Undang-undang tersebut juga memajukan dalam diri setiap individu suatu semangat
publik, suatu semangat yang menyibukkan diri dengan kepentingan umum. Demokrasi
menuntut lebih memajukan kebebasan pribadi serta perkembangan pribadi pada
masing-masing orang dari pada bentuk pemerintahan lainnya. Memang dalam
pencita-citaannya adalah demokrasi langsung. Akan tetapi dalam demokrasi
langsung hanya sedikit orang-orang yang bisa mengambil bagian dalam urusan-urusan
umum. Maka bentuk pemerintahan yang paling ideal adalah demokrasi perwakilan.
Namun bukan berarti dalam demokrasi perwakilan, perwakilan mayoritas belum
menjamin melakukan penindasan terhadap minoritas. Negara bisa melakukan suatu
kontrol perundangan demi menjaga perdamaian serta keamanan bersama. Dan
prinspip manfaat boleh dipakai untuk membenarkan adanya sejumlah perundangan
dan kontrol negara demi kepentingan umum atau kebahagiaan. Gagasan inilah yang
berdampak luas terhadap perkembangan aliran liberalisme di eropa dan amerika.
Bagaimana setiap apa yang dilakukan, bisa diwujudkan dengan cara tersendiri
namun tidak merugikan hak-hak orang lain. Kebebasan dalam berpendapat pun
berasal dari gagasan-gagasan ini.
D.
Pendidikan
John stuart mill juga menyinggung tentang
masalah pendidikan. Menurutnya, masyarakat tidak berhak melakukan pemaksaan
sesuatu terhadap orang lain demi kepentingan individu tersebut. Pemaksaan
seperlunya hanya berlaku kepada anak-anak, bukan pada orang dewasa. Sebab
anak-anak harus dilindungi terhadap kemungkinan bahwa mereka dirugikan oleh
orang lain atau bahwa mereka dapat merugikan dirinya sendiri. Negara harus
menuntut suatu pendidikan terhadap orang-orang yang dilahirkan sebagai warganya
sampai pada standar tertentu. Hal tersebut bukan berarti orang tua sebagai
pelaku langsung terhadap anak-anaknya harus memaksakan anak-anaknya untuk
bersekolah atau untuk mengikuti suatu jenjang pendidikan apabila orang tua
tersebut tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Di sini, negara harus
berperan dalam memberikan suatu peranan untuk membantu kondisi tersebut agar
anak-anak tidak dirugikan akan hal itu.
E.
Biografi
Francis Bacon
Francis Bacon lahir di London tahun 1561,
putera seorang pegawai eselon tinggi semasa pemerintahan Ratu Elizabeth.
Tatkala menginjak usia dua belas tahun dia belajar di Trinity College di
Cambridge, tetapi baru tiga tahun dia keluar dan tidak melanjutkan ke pasca
sarjana. Mulai umur enam belas tahun dia bekerja di staf Kedubes Inggris di
Paris. Tetapi begitu umurnya masuk delapan belas sang ayah mendadak meninggal
dengan hanya mewariskan sedikit uang. Karena itu dia mempelajari hukum dan pada
umur dua puluh satu tahun dia sudah menjadi seorang pengacara.
Bacon menjadi sahabat dan penasihat Pangeran
Essex, seorang bangsawan muda yang populer dan punya ambisi politik besar masa
itu. Sebaliknya, Pangeran Essex merasa Bacon adalah teman yang jujur dan
sekaligus bertindak sebagai pelindungnya. Suatu ketika Pangeran Essex punya
ambisi yang keterlaluan, yaitu minta Bacon memimpin penyusunan rencana sebuah
kudeta menggulingkan Ratu Elizabeth. Tetapi Bacon menasihatinya agar Pangeran
Essex tetap setia kepada Ratu. Nasehat Bacon tidak diterima Pangeran Essex. Dia
nekad meneruskan niat percobaan kudetanya. Ternyata kudeta tersebut gagal dan
Bacon memegang peranan aktif dalam proses penuntutan sang Pangeran atas tuduhan
pengkhianatan. Pangeran Essex dipancung kepalanya menggelinding bagai kelereng.
Keseluruhan peristiwa itu menimbulkan kesan buruk pada publik terhadap diri
Bacon.
Ratu Elizabeth tutup usia tahun 1603 dan Bacon
menjadi penasihat raja pengganti (Raja James I). Raja James I tak selalu
mengindahkan nasihat Bacon, meskipun dia menghormatinya. Dalam masa
pemerintahan James I, karir Bacon di kalangan pemerintahan maju pesat. Tahun
1607 dia menjadi konsultan umum bidang hukum dan tahun 1613 dia menjadi jaksa
agung. Karirnya tidak selesai di tangga tersebut tahun 1618 dia ditunjuk
sebagai Ketua Majelis Tinggi, suatu kedudukan yang setingkat dengan hakim agung
pada Mahkamah Agung di Amerika Serikat. Di tahun itu juga dia memperoleh gelar “baron”
dan tahun 1621 dinobatkan lagi jadi “viscount”, satu gelar kebangsawanan
di atas “baron” tetapi di bawah “earl.”
Tetapi, datanglah pukulan. Selaku hakim, Bacon
pernah menerima hadiah dari tertuduh. Meskipun hal semacam ini agak umum
terjadi saat itu, akan tetapi hal tersebut tetap merupakan perbuatan terlarang.
Lawan-lawan politiknya di parlemen tidak menyia-nyiakan kesempatan baik
tersebut untuk mendepaknya dari kursi Hakim Agung. Bacon mengaku dan
dijebloskan di penjara yang terletak di “Tower of London,”menara kota
London. Bukan hanya itu, dia pun mesti membayar sejumlah denda yang besar
jumlahnya dan dilarang bekerja di kantor pemerintahan untuk selama-lamanya.
Raja segera membebaskan Bacon dari penjara dan membebaskan pula beban dendanya.
Tetapi, dengan kejadian tersebut tamatlah riwayat politik Bacon.
Komentar Bacon dalam pengakuannya berbeda. Dia
mengatakan, “Saya adalah hakim terjujur di Inggris selama lima puluh tahun, dan
saya tukang ngomel dan tukang kritik terpolos di Parlemen Inggris selama 20
tahun.” Karier politik yang menuntut seseorang begitu aktif dan kreatif
menyebabkan Bacon cuma punya sedikit waktu tersisa buat pekerjaan-pekerjaan
lain. Kendati demikian, kemasyhuran Bacon begitu tahan lama. Namanya
ditempatkan dalam daftar orang-orang tekenal, adalah karena pertimbangan
tulisan-tulisan filosofisnya ketimbang keaktifan politiknya.
F.
Pokok-Pokok
Pikiran Filsafat Francis Bacon
Karya pertamanya adalah buku yang berjudul
Essays, muncul tahun 1597 dan sedikit demi sedikit diterbitkan lebih luas.
Essays ini ditulis dengan padat dan gaya luar biasa bagus, mengandung kekayaan
mendalam, bukan saja dalam masalah politik melainkan juga menyangkut hal ihwal
pribadi. Beberapa contoh yang khas misalnya pandangannya tentang manusia usia
muda dan usia lanjut.
Baginya, orang muda lebih cocok mencipta
ketimbang mengambil keputusan, lebih cocok bertindak daripada memberi
pertimbangan, lebih cocok untuk menggarap proyek baru daripada berbisnis yang
sudah mapan. Orang berumur terlalu sering menolak, berunding terlalu lama, dan
berbuat terlalu sedikit. Tentu bagus jika bisa menggabungkan kedua pekerjaan
itu, karena nilai yang terkandung pada masing-masing usia bisa melempangkan
kekurangan yang melekat pada tubuh keduanya.
Selain tentang orang muda dan orang lanjut
usia, Essays juga mengulas tentang mereka yang punya istri dan anak-anak yang
punya risiko tidak mengenakkan di masa depan, serta tentang perkawinan dan
hidup membujang. (Bacon sendiri kawin, tetapi tidak memiliki anak).
Tulisan Bacon terpenting adalah yang
menyangkut falsafah ilmu pengetahuan. Dia merencanakan suatu kerja besar
Instauratio Magna atau Great Renewal dalam enam bagian. Bagian pertama dimaksud
untuk meninjau kembali keadaan ilmu pengetahuan kita. Bagian kedua menjabarkan
sistem baru penelaahan ilmu. Bagian ketiga berisikan kumpulan data empiris.
Bagian keempat berisi ilustrasi sistem baru ilmiahnya dalam praktek. Bagian
kelima menyuguhkan kesimpulan sementara. Dan bagian keenam suatu sintesa ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari metode barunya. Tidaklah mengherankan, skema
raksasa tersebut menjadi suatu pekerjaan paling ambisius yang sejak jaman
Aristoteles tak pernah terselesaikan. Tetapi, buku The Advancement of
Learning (1605) dan Novum Organum (1620) dapat dianggap sebagai
penyelesaian kedua bagian dari kerja raksasanya.
Novum Organum atau New
Instrument adalah buku Bacon yang terpenting. Buku ini pada dasarnya
merupakan pernyataan pengukuhan untuk penerimaan metode empiris tentang
penyelidikan. Praktek ilmiah yang saat itu bertumpu sepenuhnya pada logika
deduktif Aristoteles dipandang tidak ada gunanya, merosot, dan absurd. Karena
itu diperlukan metode baru penelaahan, yaitu suatu metode induktif. Ilmu
pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan
darinya; tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan.
Salah satu gagasan yang termasyur dari Francis
Bacon dalam Novum Organuma dalah konsep Idola. Konsep ini dikemudian
hari dianggap sebagai cikal bakal konsep “ideologi” dalam ilmu-ilmu humaniora.
Yang dimaksud dengan “idola” adalah rintangan-rintangan bagi kemajuan manusia
sebagaimana tampak dalam kemandegan perkembangan masyarakat dan perilaku bodoh
para individunya. Idola adalah unsur-unsur tradisi yang dipuja-puja seperti
berhala. Idola ini merasuki pemikiran manusia sehingga menghambat manusia
berpikir kritis dan maju karena terkekang pada idola/ mitos. Manusia tidak bisa
berpikir tentang perubahan.
Menurut Bacon terdapat empat macam idola.
Pertama adalah Idols of the Tribe (Bangsa), adalah semacam
prasangka-prasangka yang dihasilkan oleh pesona atas keajekan-keajekan tatanan
alamiah, sehingga orang tak sanggup memandang alam secara objektif.
Perkecualian-perkecualian dianggap ajaib, mukjizat atau disingkirkan, tidak
dipelajari. Idola macam ini menawan pikiran banyak orang banyak (tribus),
menjadi semacam prasangka kolektif. Kedua, Prasangka Individual atau Idols
of the Cave. Yang dimaksudkan di sini adalah pengalaman-pengalaman dan
minat-minat pribadi kita sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga
dunia objektif dikaburkan. Ketiga, Idola Fora (Forum/Pasar) atau Idols of
the Marketplace adalah idola yang paling berbahaya. Yang diacu di sini
adalah pendapat atau kata-kata orang yang diterima begitu saja sehingga mengarahkan
keyakinan-keyakinan dan penilaian-penilaian kita yang tak teruji. Keempat,
Idola Theatra (panggung) atau idols of the theatre. Dengan konsep ini,
Bacon memperlihatkan sistem-sistem filsafat tradisional adalah kenyataan
subjektif para filsufnya. Sistem-sistem ini dipentaskan, lalu tamat, seperti
sebuah teater.
Relevansinya
bahwa dari Idola ini, kita menyaksikan bagaimana Bacon mau membersihkan
pengetahuan kita dari macam-macam prasangka yang menghambat kemajuan. Usaha
semacam ini jelas sejalan dengan cita-cita Renaisance, yakni tak lain dari
objektivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan tentang objek di luar diri
pengamat itu dapat dicapai semaksimal mungkin. Idola bagaikan debu yang
mengotori mata untuk melihat objek pada dirinya, maka harus dibersihkan.
Organon baru itu dia anggap ampuh untuk membersihkan peralatan observasi kita.
G.
Aplikasi
Filsafat Francis Bacon
Francis Bacon bukanlah orang pertama yang
menemukan arti kegunaan penarikan kesimpulan secara induktif, dan juga bukan orang
pertama yang memahami keuntungan-keuntungan yang mungkin diraih oleh masyarakat
pengembangan ilmu pengetahuan. Tetapi, tak ada orang sebelum Bacon yang pernah
menerbitkan dan menyebarkan gagasan seluas itu dan sesemangat itu. Lebih dari
itu, sebagian karena Bacon adalah seorang penulis yang begitu bagus, dan
sebagian karena kemashurannya selaku politikus terkemuka, sikap Bacon terhadap
ilmu pengetahuan betul-betul punya makna penting yang besar. Tatkala “Royal
Society of London” (kelompok elit orang pilihan Kerajaan Inggris) didirikan
tahun 1662 untuk menggalakkan ilmu pengetahuan, para pendirinya menyebut Bacon
sebagai sumber inspirasinya. Dan ketika Encyclopedie yang besar itu ditulis
jaman “Pembaharuan Perancis,” para penyumbang tulisan utama seperti Diderot dan
d’Alembert, juga menyampaikan pujiannya kepada Bacon yang memberikan inspirasi
terhadap kerjanya.
Jika pada jaman ini buku Novum Organum dan
The New Atlantis agak kurang dibaca orang, hal ini disebabkan karena
pesan-pesan yang disampaikan oleh buku tersebut sudah begitu luas diterima
orang. Bacon layak dibandingkan setara dengan filosof Perancis Rene Descartes,
tokoh pendorong lain bagi masa depan ilmu pengetahuan mendatang. Bacon hidup
lebih dulu segenerasi dari Descartes dan dia lebih gigih dari Descartes dalam
hal mengumandangkan pentingnya penelitian dan percobaan-percobaan. Tetapi, arti
penting orang Perancis ini dalam hal penemuan matematika membuat ia sedikit
lebih tinggi dalam perbandingannya dengan Bacon.
ü A new division of the sciences, Pembagian ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan baru
ü A new method of scientific inquiry, metoda baru
inkuiri ilmiah
ü A collection of scientific observations and facts, sebuah
koleksi observasi-observasi dan fakta-rakta ilmiah
ü Examples of the new method, contoh-contoh atas metoda baru
ü Philosophical precursors to the new philosophy, and –
perintis-perintis filsafat kearah filsafat baru dan
ü The new philosophy itself resulting from the application of the new
method, filsafat baru yang dihasilkan dari aplikasi metoda baru
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bisa dilihat
dengan jelas bagaimana penjelasan dari beberapa gagasan pemikiran dari John
Stuart Mill mengacu terhadap perluasan kepribadian individu. Dalam gagasan
utilitarianismenya, Mill mencoba menyimpulkan atau mensitesiskan gagasan
Utilirianisme dari Jeremy Bentham. Perbedaan dari kedua tokoh tersebut salah
satunya terletak pada kuantitas dan kualitas. Bentham hanya menjelaskan tentang
kuantitas adalah patokan dari utilitarianismenya, sedangkan mill merujuk kepada
kualitas dan kuantitas adalah sama-sama penting dalam utilitarianisme. Karena
beberapa jenis kesenangan lebih bernilai dan diinginkan dari kesenangan
lainnya. Utilitarianismenya salah satunya tentang perbedaan antara berbagai
macam kesenagan lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif Mill mencoba
memberikan sebuah pemikiran tentang kebebasan yang harus dimiliki semua orang
dalam menentukan perkembangan pribadinya. Namun dalam prosesnya, hal tersebut
tidak boleh sampai mengganggu hak-hak orang lain.
Peranan Bacon
di dalam perkembangan ilmu dan filsafat ilmu umumnya digolongkan ke dalam empat
kelompok :
1.
Sebagai ahli filsafat ilmu; di sini
ia menganjurkan suatu metode baru untuk meneliti alam.
2.
Usahanya untuk mengklasifikasikan
ilmu dan pengetahuan manusia secara umum.
3.
Kesadaran yang ditimbulkannya bahwa
penerapan praktis dari “ilmu yang baru” akan memperbaiki kualitas kehidupan dan
kontrol manusia atas alam.
4.
Bayangannya mengenai suatu
masyarakat ilmiah yang terorganisir. Dalam hal ini ditekankan pentingnya
pembentukan lembaga-lembaga dan perhimpunan-perhimpunan ilmiah.
Sebagai juru bicara metode
induktif, yang menekankan eksperimen dan observasi ekstensif sebagai landasan
pengembangan ilmu, Francis Bacon juga menjadi juru bicara untuk ilmu yang baru.
J. Bernard Cohen menanamkan ide-ide Bacon: Herald of the New Science.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar